Tugas kuliah yang menumpuk bisa menjadi pemicu stres serius bagi mahasiswa. Rasa cemas, lelah mental, hingga perasaan kewalahan sering muncul ketika deadline datang bersamaan, apalagi jika harus membagi waktu untuk mengatasi stres akibat dari aktivitas lain seperti organisasi atau kerja paruh waktu.
Stres memang hal yang wajar, tapi jika tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa merugikan kesehatan fisik dan mental. Artikel ini akan membahas cara mengatasi stres akibat tugas kuliah dengan pendekatan praktis dan realistis — mulai dari manajemen waktu hingga teknik menenangkan diri.
Apa Itu Stres Akademik?

Stres akademik adalah tekanan yang muncul akibat tuntutan di lingkungan pendidikan, seperti:
- Banyaknya tugas dengan deadline berdekatan
- Tuntutan nilai tinggi
- Kurangnya waktu istirahat
- Tidak punya strategi belajar yang efektif
Gejala stres akademik bisa berupa:
- Susah tidur
- Sering pusing atau lelah
- Mudah marah atau gelisah
- Tidak termotivasi belajar
1. Susun Skala Prioritas
Jangan mencoba menyelesaikan semua tugas sekaligus. Gunakan prinsip penting dan mendesak untuk menentukan urutan:
Kategori | Contoh Tugas |
---|---|
Penting & Mendesak | Tugas esok hari, presentasi |
Penting & Tidak Mendesak | Proposal minggu depan |
Tidak Penting & Mendesak | Balas email organisasi, dsb |
Tidak Penting & Tidak Mendesak | Scroll media sosial 😬 |
🛠 Tools bantu: Google Calendar, Notion, Trello
2. Pecah Tugas Menjadi Bagian Kecil
Tugas besar terasa berat karena kita memandangnya sebagai satu kesatuan. Cobalah bagi menjadi beberapa bagian:
- Penelitian → Riset referensi
- Makalah → Bikin outline → Tulis Bab 1
- Presentasi → Kumpulkan data → Buat slide
Hasilnya? Kamu lebih mudah mulai dan tetap termotivasi.
3. Terapkan Teknik Pomodoro
Metode ini sangat cocok untuk menjaga fokus tanpa kelelahan:
- 25 menit fokus → 5 menit istirahat
- Setelah 4 sesi → Istirahat lebih lama (15–30 menit)
Gunakan aplikasi seperti Forest, Pomofocus, atau Focus To-Do.
4. Luangkan Waktu untuk Istirahat Sejenak
Stres justru bertambah saat kamu memaksa diri belajar terus-menerus. Tubuh dan otak butuh waktu jeda:
- Jalan kaki di sekitar rumah
- Stretching ringan
- Minum teh hangat sambil tarik napas dalam
Waktu istirahat 10–15 menit bisa mengembalikan energi lebih dari yang kamu kira.
5. Jangan Lupa Makan dan Tidur yang Cukup
Banyak mahasiswa mengorbankan makan dan tidur demi mengejar tugas. Padahal:
- Kurang tidur → menurunkan konsentrasi
- Lapar → bikin cepat lelah dan gampang marah
Idealnya:
- Tidur 7–8 jam/hari
- Makan 3 kali/hari + camilan sehat
- Minum cukup air
6. Hindari Multitasking
Fokus pada satu tugas dalam satu waktu. Multitasking hanya membuat pekerjaan terasa lebih berat dan berantakan.
🎯 Fokus tunggal = kualitas lebih baik + stres lebih rendah
7. Bicara dengan Teman atau Mentor
Jangan pendam stres sendiri. Ceritakan apa yang kamu rasakan pada:
- Teman satu angkatan
- Kakak tingkat
- Dosen pembimbing
- Atau konselor kampus
Terkadang, cukup didengarkan saja sudah membuatmu lega.
8. Gunakan Jurnal atau Catatan Harian
Menulis perasaan dan tugas-tugas yang kamu hadapi bisa membantu melegakan pikiran. Coba tulis:
- Apa yang membuatmu stres
- Apa yang sudah kamu capai
- Apa yang bisa kamu lakukan hari ini
Aplikasi seperti Notion, Journey, atau sekadar buku tulis bisa membantu.
9. Hindari Perbandingan dengan Orang Lain
Melihat teman yang sudah selesai semua tugas saat kamu masih tertinggal memang bisa bikin stres. Tapi setiap orang punya ritme belajar dan cara mengatasi stres sendiri.
Fokus pada progresmu, bukan pada pencapaian orang lain.
10. Kenali Batas Dirimu Sendiri
Jika kamu merasa kewalahan terus-menerus, mungkin sudah waktunya untuk:
- Mengurangi beban (kurangi organisasi atau pekerjaan tambahan)
- Meminta bantuan teman atau dosen
- Menjeda sejenak dan beristirahat
Mengakui bahwa kamu lelah bukan berarti kamu gagal. Itu tanda kamu manusia.
Penutup
Menghadapi tugas kuliah yang menumpuk memang tidak mudah, tapi bukan berarti kamu harus mengorbankan kesehatan mentalmu. Dengan strategi yang tepat, kamu bisa tetap produktif tanpa mengorbankan keseimbangan hidup.
Ingat: tidak semua hal harus sempurna. Kadang, “cukup baik” sudah cukup. Fokuslah pada progres, bukan perfeksionisme.
Leave a Reply