Jakarta, 30 Juli 2025 — Kuliah online telah menjadi rutinitas baru bagi banyak mahasiswa sejak pandemi melanda. Awalnya di anggap praktis dan fleksibel, tapi seiring berjalannya waktu, berbagai tantangan justru mulai muncul, terutama dalam aspek kesehatan mental. Banyak mahasiswa kuliah online yang mulai merasa kehilangan arah, kelelahan emosional, dan kesulitan menjalin interaksi sosial secara sehat.
Tanpa disadari, transisi ini mengubah cara mahasiswa berpikir, belajar, dan berinteraksi. Tidak sedikit yang mulai mengalami stres berkepanjangan, burnout, hingga perasaan terisolasi. Ini bukan sekedar masalah pribadi, tapi menjadi isu yang melibatkan banyak pihak—dari kampus, keluarga, hingga lingkungan sekitar.
Tekanan Akademik yang Semakin Tak Terlihat
Perkuliahan online memang menghilangkan batasan fisik, tapi sayangnya juga membuat tekanan akademik makin sulit di kenali. Mahasiswa tetap di tuntut untuk memenuhi tenggat waktu, mengikuti kelas secara intens, hingga menghadapi ujian tanpa dukungan sosial yang biasa mereka dapatkan di kampus. Semua serba digital, namun rasa lelah dan tekanan mental sangat nyata.
Beban tugas yang menumpuk dan waktu belajar yang tidak menentu membuat ritme hidup jadi berantakan. Mahasiwa kuliah online sering kali tidak tahu kapan harus berhenti dan kapan harus beristirahat. Kondisi ini bisa menjadi pemicu utama gangguan mental seperti kecemasan dan depresi ringan.
Minimnya Interaksi Sosial dan Dukungan Emosional
Dalam dunia perkuliahan konvensional, interaksi dengan teman dan dosen menjadi salah satu cara alami untuk melepas stres. Namun kini, mahasiswa harus menghadapi kenyataan bahwa komunikasi hanya sebatas layar. Hal ini mempersulit terbentuknya kedekatan emosional dan rasa memiliki terhadap komunitas kampus.
Mahasiswa kuliah online cenderung lebih tertutup, dan ini membuat banyak dari mereka enggan bercerita atau meminta bantuan saat mengalami kesulitan. Ketika tekanan menumpuk dan tidak ada tempat berbagi, kesehatan mental bisa semakin terganggu.
Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Menjaga Kesehatan Mental
Meski kondisi serba daring ini sulit, ada beberapa langkah konkret yang bisa di lakukan. Mahasiswa perlu menetapkan rutinitas harian yang seimbang antara belajar dan waktu istirahat. Selain itu, penting untuk tetap menjaga komunikasi sosial, meski hanya lewat pesan singkat atau video call.
Dukungan dari pihak kampus juga sangat di butuhkan, mulai dari layanan konseling online, forum diskusi terbuka, hingga pelatihan manajemen stres. Langkah kecil seperti ini bisa menjadi penopang yang besar bagi mahasiswa untuk tetap waras dalam menjalani kuliah online.
Yuk, Jaga Kesehatan Mental Bareng-Bareng
Sebagai mahasiswa kuliah online, kamu tidak sendirian dalam menghadapi semua ini. Mulailah dengan mengenali emosi diri sendiri dan jangan ragu untuk mencari bantuan saat di butuhkan. Kesehatan mental bukan tanda kelemahan, tapi bagian penting dari kesuksesan belajar.
Kalau kamu merasa artikel ini relevan dan bermanfaat, yuk bagikan ke teman-teman kampusmu! Mari kita bangun kesadaran bersama bahwa kuliah bukan hanya tentang nilai, tapi juga tentang bagaimana kita tetap sehat secara mental dalam menjalani prosesnya.
Leave a Reply